Tajuk Rencana
Menjadikan Danau Toba Destinasi Wisata Berkelas Dunia
Mungkinkah?
Oleh :ASKAR MARLINDO STP
Jurnalis Media Online www.sumutkabardaerah.com
Sumut.KabarDaerah.com Pembangunan dan pengelolaan Danau Toba di Sumatera Utara, terus dilakukan guna menjadikan danau vulkanis terbesar se-Asia Tenggara itu menjadi destinasi wisata berkelas dunia.Apalagi seperti yang kita ketahui investasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Danau Toba mencapai lebih dari Rp 3,5 triliun dan untuk non APBN bisa tiga kali lipat.
Dengan nilai mencapai Rp 3,5 triliun tersebut diharapkan bisa memicu investasi datang ke Danau Toba. Seperti kita ketahui ada terdapat 28 destinasi wisata di Danau Toba, yang siap dijadikan sebagai destinasi berkelas dunia.Ada banyak hal menarik yang dapat dieksplor wisatawan ketika wisata ke Danau Toba. Apalagi pada 2020, danau terbesar di Asia Tenggara ini akan dijadikan Bali Baru.
Maka itu kita menginginkan agar pembangunan infrastruktur pariwisata di Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut) dapat dimulai sesegera mungkin. Lahan seluas 386 hektare yang dikelola Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) harus segera dimulai pengembangan infrastrukturnya, baik yang dikelola pemerintah ataupun swasta.Kalau pembangunannya sudah mulai dan investor tidak memulai pembangunan juga pemerintah terutama Presiden RI Joko Widodo harus menstop dn mengganti. Pemerinth harus tegas. Kalau tidak, kapan untuk mulai. Tempat yang sangat bagus begini gampang kok dicari investor. Pembangunan infrastruktur di lahan BOPDT nantinya dapat dilengkapi beberapa amenitas dan fasilitas hotel berbintang dan didukung dengan atraksi lainnya.
Pembangunan kawasan otorita sendiri, nantinya berdampak bagi perekonomian masyarakat sekitar dan membuka lapangan pekerjaan. Maka dampak pembangunan sektor pariwisata bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.Kita selaku masyarakat ingin pembangunan di kawasan Danau Toba harus terintegrasi. Baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah.
The Kaldera merupakan amenitas nomadic tourism yang dikembangkan oleh Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT). Lokasinya ada di lahan Zona Otorita Pariwisata Danau Toba di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa).Ke depannya, The Kaldera akan menyediakan amenitas berupa 15 tenda belt, dua cabin, dua tenda bubble, satu ecopod, dan area parkir untuk camper van. The Kaldera memiliki view yang sangat memesona.
Dari lokasi itu, wisatawan bisa melihat indahnya Desa Wisata Sigapiton yang berlokasi di lembah bawah The Kaldera yang diapit bukit di kanan dan kiri dengan pemandangan Danau Toba dan Pulau Samosir dari kejauhan.Selain pemandangan yang indah dan udara yang sejuk, tempat itu juga sangat Instagrammable, sangat cocok untuk wisatawan milenial yang ingin mencari tempat berlibur dan fotogenik berlatar belakang pemandangan alam Danau Toba.
Tetapi dibalik itu Danau Toba yang disatu sisi menjadi salah satu destinasi prioritas di Indonesia namun disisi lain strategi untuk menarik wisatawan sebanyak mungkin agak rancu dengan strategi lain di area yang sama padahal strategi yang ada harus tersambung dengan baik karena strategi pariwisata yang diterapkan di Danau Toba agak bertabrakan.
Kalau Danau Toba menjadi destinasi prioritas artinya harus dikembangkan pariwisata massal atau mass tourism. Namun di Toba juga dikembangkan geopark yang sifatnya konservasi dan tidak nyambung dengan pariwisata massal.Dalam mass tourism, infrastruktur harus lengkap, aksesibilitas harus masif dari semua arah, sesuai dengan hasil market mapping untuk Bali, amenitas harus berkelas dunia. Investasi pariwisatanya pun didukung penuh dengan regulasi-regulasi yang membuka keran bertumbuhnya wisata masal.Selain itu masalah strategi desa wisata di Toba sejatinya adalah destinasi pendukung. Semangat desa wisata adalah pemerataan atau community based tourism. Pertanyaannya, apa yang mau diratakan kalau kue ekonomi pariwisatanya belum tumbuh?
Ini perlu menjadi catatan oleh pemerintah. Desa wisata akan kebagian kuenya sendiri, jika pemerintah berhasil menciptakan traffic puller di Toba, maka pengunjung akan ikut menyinggahi desa-desa wisata. Pengembangan desa wisata ini sebaiknya dikolaborasikan saja diserahkan dengan pemda-pemda. Karena tugas utama pemerintah di setiap destinasi, adalah menciptakan traffic puller.Sebenarnya mau mass tourism atau special interest tourism, kalau strateginya tepat, ujungnya juga akan bagus.
Manado contohnya Manado saat ini sudah berkembang menjadi mass tourism karena akses penerbangannya dibuka ke China. Amenitas di Manado juga bagus seperti hotel berbintang yang cukup banyak. Namun ada Bunaken yang merupakan wisata minat khusus bernuansa konservasi. Ada risiko Bunaken pelan-pelan jadi mass tourism juga dan melampaui batas kunjungan yang sudah ditetapkan.
Oleh karena itu, semua pihak harus memikirkan strategi yang tersambung baik. Destinasi prioritas harus punya penarik pariwisata massal. Pemerintah pusat masuk dari sisi infrastruktur dan aksesibilitas termasuk penerbangan, pemda masuk dari destinasi pendukung dan regulasi untuk investasi pariwisata, pelaku wisata menyiapkan paket untuk dijual kepada wisatawan.
Anggaran pun harus disiapkan untuk Destination Management Organisation (DMO) atau badan pengelola dan SDM yang mumpuni. DMO akan membuat atraksi menjadi bersih, terawat, atraksi-atraksi pun berkembang. SDM yang handal akan memastikan bahwa di destinasi tersebut membuat pengunjung nyaman dan kembali lagi.
Jadi alokasi anggaran harus terukur, jelas, dan hitung-hitungannya bisa dipertanggungjawabkan, karena itu uang rakyat. Dengan intervensi anggaran di destinasi, maka penggunaannya harus sesuai dengan tujuan, yakni meningkatkan kunjungan, devisa, dan kontribusi PDB pariwisata, serta masyarakat di sana juga ikut sejahtera karena perekonomiannya juga ikut berkembang pesat.Untuk itu, strateginya harus tepat dan terukur, sesuai dengan tujuan agar tujuan menjadikan Danau Toba sebagi salah satu destinasi wisata berkelas dunia benar benar dpat tercapai dn memenuhi hail yang diharapkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dan wiatawan local maupun asing.
Karya tulis ini diperlombakan dalam Kompetisi Nasional Media Piala Presiden 2019
Discussion about this post