Sumut.KabarDaerah.com Koordinator PMPHI Sumut, Drs Gandi Parapat mengatakan Gubernur Sumatera (Gubsu) Edy Ramayadi yang segan memusnahkan babi yang masih hidup, sangat tepat. Hal tersebut merupakan pernyataan bijak diawal tahun 2020.
“Kami selalu menyampaikan kepada saudara saudara kami yang mengalami musibah dengan bermatian babi-babinya agar tabah dan jangan ada saling menyalahkan. Jangankan ternak babi mati, besi pun hancur, sebagai umat beragama harus siap menerima kenyataan,” ungkap Gandi menjawab Geosiar.com di Medan, Kamis (09/01/2020) ketika disinggung kebijakan Gubsu terkait maraknya kematian babi akibat virus African Swine Fever (ASF).
Bahkan katanya, ada yang meninggal dunia, ada yang stres, ada yang gagal kawin, banyak juga tidak jadi beli baju baru akibat ternak babi yang bermatian.
“Yang paling ngerinya sudah mati babinya harus menguburnya lagi, sudah jatuh ditimpa tangga lagi,” kata Gandi.
Menurut Gandi, semuanya adalah perjalanan hidup. Banyak yang tidak menginginkan ternak babi ada, tapi banyak juga yg menginginkan dan sebagai kebutuhan hidup dan budaya tergantung daerahnya.
“Jadi pemerintah Pusat maupun daerah harus berpikir jernih tidak emosi. Babi itu bagian dari kehidupan dan budaya seperti orang Batak. Suku Batak yang mayoritas Kristen tidak terlepas dari ternak babi, untuk adat budaya, untuk biaya kehidupan seperti untuk biaya sekolah,” katanya.
“Di kampung saya tanpa ternak babi tidak bisa anaknya sekolah menjadi Sarjana dan rata-rata diawali dari penjualan ternak babi. Kalau Gubsu tidak mau menyatakan hal itu bencana ya tidak masalah, tapi menurut kami itu sudah bencana yang tidak bisa diprediksi,” tambahnya.
Dengan adanya bencana yang dialami pemelihara ternak babi, pemerintah agar berpikiran sehat, bahwa ternak babi itu bagian dari Budaya. “Jadi kalau bagian dari Budaya dimusnahkan ya itu salah benar. Babi itu juga ciptaan Tuhan jangan musnahkan ciptaan Tuhan, kalau negara lain atau yang tidak beragama memusnahkan ciptaan Tuhan, lantas ikut ikutan Gubsu itu salah.”
“Mungkin Gubsu masih ada prikemanusiaan atau dia tau ternak babi itu untuk kebutuhan hidup sebagian orang dan kebutuhan adat serta budaya. Yang sangat perlu disikapi dalam hal musibah ternak babi mati, apa penyebabnya dan dari mana asalnya, jangan jangan itu dibuat virus dari makanan atau dari udara, yang jelas sampai sekarang pemerintah belum tau atau belum meneliti secara laboratorium sumber kematian itu. Jadi kalau ada ternak babi mati dan ada yang masih hidup akhirnya dimatikan/ dimusnahkan, kalau kerbau, kambing, ayam bermatian akhirnya semua dimatikan. Itu tindakan Bodoh dan konyol, tapi kalau pemerintah anti kepada peternak, silahkan lakukan sesuai dengan kekuasaan dan orang lemah atau peternak pasti tidak akan melawan,” tegasnya.
Perlu diingat kata Gandi, beberapa tahun yang lalu ternak babi bermatian di Sumut dan susah kali mencari ternak babi, baru sekarang ada niat mau memusnahkan babi sisa yang masih hidup.
“Jadi saran kami kepada Gubsu, mengatasi kematian bukan harus membunuh yang masih hidup, pelihara ciptaan Tuhan yang masih atau biarkan dipelihara orang yang membutuhkan kalau tidak bisa dibantu mengatasi masalah itu, jangan tambah masalah,” tutupnya(As)