Sumut.KabarDaerah.com Pertumbuhan perekonomian Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan ke-3 tahun 2019 justru melemah hanya mencapai 5,11 persen. Pertumbuhan ini justru lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,25 persen.
Meski demikian, pencapaian tersebut masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional dan Sumatera. Secara historis, pertumbuhan ekonomi menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sumut merupakan yang tertinggi ke-4 di antara 10 provinsi di Sumatera. Demikian dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat saat Bincang Bareng Media di salah satu cafe di Jalan T. Amir Hamzah, Medan, Rabu siang (6/11/2019).
Secara spasial, sebut Wiwiek, pertumbuhan Sumut merupakan yang tertinggi ke 4 di antara 10 provinsi di Pulau Sumatera setelah Sumatera Selatan (Sumsel), Sumatera Barat (Barat) dan Provinsi Lampung.
Berdasarkan realisasi pertumbuhan quartel 3 tahun 2019 secara spasial untuk Provinsi Aceh pertumbuhan ekonominya 3,76 persen, Provinsi Sumut 5,11 persen, Provinsi Riau 2,74 persen. Sumbar 5,16 persen, Provinsi Bengkulu hanya 4,94 persen lalu Lampung 5,16 persen Jambi 4,31 persen, Provinsi Sumsel 5,67 persen dan Bangka Belitung hanya 3,05 persen serta Kepulauan Riau 4,89 persen.
Perlambatan pertumbuhan itu, kata Wiwiek Sisto Widayat, disebabkan oleh kontraksi dari sisi ekspor, terutama ekspor antardaerah yang sejalan dengan penurunan lapangan usaha pertanian yang diindikasikan dipengaruhi oleh dampak kemarau panjang.
Selain itu konsumsi pemerintah juga tumbuh melambat sejalan dengan normalisasi belanja operasional pemerintah. Namun demikian, sambung orang nomor satu di BI Sumut ini, perekonomian masih ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga yang didorong tingginya belanja masyarakat pada masa liburan sekolah, serta biaya pendidikan untuk tahun ajaran baru.
Wiwiek Sisto Widayat memprediksi, prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut tahun 2019 akan terus melaju. Hal ini didorong peningkatan kinerja konsumsi pemerintah, investasi serta berkurangnya tekanan impor luar negeri. Sedangkan pada sisi lapangan usaha, pertumbuhan didorong oleh pertanian dan konstruksi.
“Untuk faktor pendorong pertumbuhan ekonomi seperti diantaranya konsumsi pemerintah yaitu penyerapan anggaran lebih baik untuk program peningkatan kualitas tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, pertanian, pariwisata serta peningkatan anggaran transfer, dana desa, serta bantuan sosial dari pusat. Lalu faktor impor luar negeri yakni impor barang modal dan bahan baku turun seiring dengan penurunan kinerja investasi dan lapangan usaha industri pengolahan akibat pelemahan kinerja ekonomi mitra dagang utama. Kemudian faktor pertanian, kondisi cuaca yang kondusif serta dampak positif dari program Pemda di bidang pertanian. Konstruksi yakni terus bergulirnya proyek-proyek multiyears seperti jalan tol, pembangkit listrik, gedung perkantoran, pertokoan dan sebagainya,“ rincinya.
Tapi perlu diingat, selain ada faktor pendorong, muncul juga faktor penahan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumut. Dicontohkan Wiwiek yakni faktor ekspor luar negeri, konsumsi rumah tangga, Investasi, perdagangan serta lapangan usaha industri pengolahan. (As)