Padangsidimpuan.Kabardaerah.com—- Narapidana (napi-red) haus pengetahuan Agama (Islam-red) di masa menjalani putusan Pengadilan. Ironisnya, Lapas Kelas II B Padangsidimpuan merasa “kekeringan ustadz” di tengah umat yang mayoritas Muslim.
Hal ini diungkapkan Kepala Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas II B Kota Padangsidimpuan, Porman Siregar, di sela-sela penutupan kegiatan penutupan Praktek Dakwah Lapangan (PDL) mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Padangsidimpuan, Jumat (15/12) di aula Lapas setempat.
Kalapas Porman mengaku kesulitan untuk mengadakan kegiatan keagamaan. Alasannya tidak adanya anggaran untuk mengundang ustadz dan biaya kegiatan. Namun, jika ada ustadz apakah perorangan maupun secara lembaga, maka bagi Kalapas, pihaknya akan selalu terbuka untuk dikunjungi.
Ia menyebutkan, saat ini di Lapas ada sebuah masjid yang bisa dijadikan pusat kegiatan keagamaan. Untung saja ada napi yang pandai khotib Jumat, dan mengimami sholat napi yang lainnya.
“Saya sudah banyak MoU, namun yang saya inginkan tidak hanya formalitas, namun perlu ada kegiatan nyata. Silahkan datang dan jadwalkan program-program keagamaan di sini,” sebutnya.
Tokoh Agama Lupa
Menurut Icol Dianto, Dosen FDIK IAIN Padangsidimpuan, peluang untuk mengislamkan warga binaan di Lapas Kelas II B Kota Padangsidimpuan mesti disambut oleh institusi seperti Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, IAIN, STAI dan pesantren-pesantren yang tersebar di Tapanuli bagian Selatan.
“Tokoh Agama, aktivis dakwah, dan lembaga-lembaga yang memang jargon utamanya Islam, mesti bahu membahu mengisi pengajian-pengajian di Lapas tersebut, kita lupa bahwa warga binaan itupun bagian dari masyarakat kita, apalagi mereka dalam proses pembinaan akhlak, sehingga keluar dari Lapas para napi itu menjadi orang baik dan tidak melanggar norma-norma lagi,” jelasnya.
Jika para ustadz ingin menyampaikan pesan-pesan Agama, ayat-ayat Allah, belum tentu akan dihadiri oleh ratusan orang. Akan tetapi di Lapas, jika para guru, mursyid, kiai dan ustadz ingin menyampaikan Risalah Tuhan, maka dipastikan akan diikuti oleh seluruh napi.
Ia menyadari, kehidupan ekonomi ustadz di Tabagsel memang tidak ada yang menonjol. Namun jika kegiatan digotongroyongkan maka persoalan yang besar dan sulit akan terasa kecil dan mudah.
Ia mencontohkan, perlu ada pengembangan dakwah masjid. Setiap masjid penting untuk menyediakan sedikit sumbangan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti penyembelihan sapi kurban di Lapas. ***
Discussion about this post