Sumut.KabarDaerah.com Menko Polhukam Mahfud MD hadir di Medan dalam rangka seminar nasional deradikalisasi dan sejuta shalawat untuk Rasulullah Muhammad di UIN Sumatera Utara, Selasa (26/11/2019) pagi.
Acara diawali dengan sambutan keynote speech oleh Menko Polhukam, dilanjut dengan shalawat di lapangan yang dihadiri ribuan mahasiswa.Hadir pula Gubernur dan Wagub Sumut, Letjen Agus Widjoyo Gub Lemhanas, Ahmad Basarah dari pimpinan MPR, dan Romo Benny Susetyo, serta Tuan Guru Batak dan Rektor UIN SU.
Kegiatan shalawat ini dirangkaikan dengan seminar dengan menghadirkan pembicara dari tokoh-tokoh nasional yakni Menko Polhukam Prof. Mahfud MD, Menteri Agama Fahrul Razi, Gubernur Lemhanas Agus Widjodjo, Rohaniawan dan anggota Badan Pengarah Ideologi Pancasila (BPIB) Romo Beny Susetyo. Wakil Ketua MPR RI Dr. Ahmad Basarah, tokoh sufi dan spiritual Tuan Guru Batak Syekh. Dr. Ahmad Sabban Rajagukguk elRahmany, dan Rektor UINSU TGS. Prof. Dr. Saidurrahman, MAg.
“Kegiatan Seminar Nasional ini nantinya juga akan dirangkaikan dengan pencatatan Rekor Muri untuk pembacaan 1 juta shalawat Nabi yang akan dibawakan oleh 10.000 mahasiswa UINSU dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 H dan Dies Natalis ke 46 UINSU,” ujar Ansari.
Terkait kegiatan Seminar Nasional yang mengambil tema Deradikalisasi, Moderasi Beragama dan Sertifikasi Da’i, Ansari menjelaskan tema itu diambil karena dewasa ini, radikalisme sudah cukup mengerikan. Ini karena sejumlah kampus sudah terpapar virus yang mengagungkan kekerasan dengan mengatas namakan agama.
“Sudah ada penelitian dan survey yang dilakukan Infid, bahwa saat ini setidaknya terdapat 10 perguruan tinggi negeri yang terpapar radikalisme. Keterpaparan tersebut ditunjukan dengan aktivitas merakit bom, pelatihan militer, razia syariah, dan keterlibatan mahasiswa pada organisasi terlarang. Dan ini berbanding lurus dengan rentetan bom bunuh diri yang mendera tanah air, dan sebagian pelakunya ternyata mahasiswa,” ujar Ansari.
Lebih lanjut dijelaskan Ansari, setidaknya ada beberapa gerakan ideologi Islam radikal modern global yang saat ini sedang berkembang dan menyusup ke kampus-kampus, masjid, mushalla maupun majelis-majelis pengajian agama yakni Al-ikhwan al-Muslimun, Hizb al Tahrir (HTI), kelompok Salafiyah/Salafi dan Wahabi. Kelompok-kelompok inilah yang membawa faham radikal. Mereka bercita-cita untuk mendirikan ke-Khalifahan Islam serta anti Pancasila dan NKRI.
“Ini kondisi yang dapat dikatakan krusial dan akut, karena perguruan tinggi sangat vital. Yaitu sebagai lembaga yang melahirkan pemimpin bangsa. Pola rekruitmen anggota yang dilakukan kelompok radikal dengan membidik kampus sebagai target, sungguh patut disikapi dengan serius. Sebab mereka sudah berpikir jangka panjang untuk melahirkan orang-orang radikal dari kaum terdidik dan intelektual, yang pada saatnya nanti menjadi kekuatan dahsyat,” jelas Ansari.
Karena itulah, sebut Ansari, perlu ada gerakan yang sistematis dan terstruktur untuk bisa menangkal semakin menyebarnya faham-faham radikal itu. Program yang paling efektif dilakukan adalah program deradikalisasi dan moderasi keagamaan. Dan untuk mensosialisasikan program ini ke tengah-tengah masyarakat dibutuhkan da’i-da’i tersertifikasi, yang selain memahami Islam secara menyeluruh, juga toleran dan cinta NKRI.(As)