Menuju Puncak Bonus Demografi Dalam Masa Pandemi Covid 19
Oleh : Quarthano Reavindo
Sumber gambar : freepik.com
Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia saat ini masih terus berjuang menghadapi masa pandemi COVID-19. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah dalam upaya memutus rantai penyebaran virus penyebab pandemi ini, mulai dari sejak ditemukannya kasus pertama hingga akhirnya kita memasuki suatu tatanan kehidupan baru yang disebut kondisi new normal.
Disaat kita sedang menghadapi pandemi ini, kita tidaklah boleh lupa tentang proyeksi penduduk yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik beberapa tahun yang lalu. Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia akan mengalami fenomena menurunnya angka rasio ketergantungan yang terus berlanjut hingga mencapai titik terendah pada kurun waktu 2020 hingga 2030.
Rasio ketergantungan merupakan suatu parameter atau angka yang menunjukkan tentang perbandingan antara jumlah anak (usia 0 -14) tahun dan jumlah orang tua (usia 65 tahun ke atas) terhadap penduduk usia kerja/ produktif (usia 15-64 tahun). Dengan demikian turunnya angka ketergantungan ini menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (penduduk berusia 15-64 tahun) lebih besar jumlahnya jika dibandingkan dengan penduduk yang tidak produktif (penduduk berusia di bawah 15 tahun ditambah dengan penduduk berusia di atas 64 tahun ).
Penduduk usia produktif dalam jumlah yang besar merupakan suatu kekuatan ekonomi yang harus dimanfaatkan untuk meraih keuntungan ekonomis yang disebut bonus demografi (Adioetomo, 2007). Hasil proyeksi tersebut menunjukkan bahwa puncak bonus demografi di Indonesia diprediksi akan terjadi pada tahun 2025, pada saat puncak bonus demografi tersebut Indonesia akan mengalami situasi dimana titik terendah dari rasio ketergantungan yang mencapai sekitar 44,2 persen atau dengan kata lain setiap 100 penduduk yang produktif hanya akan menanggung sekitar 44 penduduk yang tidak produktif. Peluang inilah yang dikatakan oleh para ahli untuk harus benar-benar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu peluang ini harus juga menjadi perhatian pemerintah dikala sedang berjuang melawan pandemi COVID-19, Sehingga tidaklah mengakibatkan kita gagal dalam meraih bonus demografi tersebut. Penduduk berusia produktif yang besar dan berkualitas serta memiliki kapasitas dalam skala ekonomi dapat berperan positif dalam pembangunan ekonomi. Untuk bisa mengambil manfaatnya sangatlah penting untuk memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan manusia dalam aspek kesehatan dan pendidikan saat fenomena tersebut berlangsung, terlebih lagi dalam masa pandemi seperti saat ini.
Dalam aspek kesehatan, permasalahan yang harus dihadapi saat ini adalah munculnya gizi buruk ataupun stunting serta memutus rantai penyebaran COVID-19. Hal ini dapat tercapai bukan hanya melalui peningkatan fasilitas-fasilitas kesehatan saja, tetapi dapat juga dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya pola hidup sehat dan pentingnya peningkatan gizi didalam keluarga. Keluarga harus bisa menjadi benteng pertahanan awal dalam menghadapi permasalahan dalam aspek kesehatan tersebut.
Dalam aspek pendidikan permasalahannya adalah peningkatan partisipasi sekolah penduduk sehingga menghasilkan generasi-generasi yang mampu bersaing dalam dunia pekerjaan maupun generasi-generasi yang siap menjadi wirausahawan meskipun dimasa pandemi seperti saat ini. Hal ini sangat diperlukan dalam upaya penyerapan angkatan kerja secara optimal ke dalam pasar kerja. Sehingga penduduk yang termasuk angkatan kerja pada masa mendatang (kurun waktu 2020-2030) dapat terserap dalam lapangan kerja.
Permasalahan lain dalam aspek Pendidikan dimasa pandemi saat ini adalah ketika pemerintah menggunakan metode pembelajaran secara daring. Metode ini menjadi suatu masalah, karena kita mengetahui bahwa tidak semua peserta didik mampu memiliki alat untuk pembelajaran secara daring seperti yang digagas oleh pemerintah. Sehingga bisa saja membuat peserta didik menjadi tidak bersemangat dalam mengejar cita-citanya. Persoalan ini mungkin bisa diatasi dengan peningkatan pelayanan internet di desa/ kelurahan.
Dengan peningkatan pembangunan manusia melalui aspek kesehatan dan pendidikan yang baik dapat dipandang sebagai bagian dari upaya pemanfaatan jendela peluang untuk meraih bonus demografi meskipun dalam perjuangan ditengah pandemi. Penduduk usia produktif yang sehat dan berpendidikan serta memiliki kekuatan ekonomi akan dapat menanggung penduduk usia tidak produktif secara maksimal, bahkan lebih dari itu, juga akan berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dengan kata lain, penduduk yang bekerja, sehat dan produktif akan berperan sebagai penggerak perekonomian yang memacu pertumbuhan ekonomi sehingga akan mampu meningkatkan standar hidup yang layak di dalam masyarakat secara keseluruhan meskipun dalam situasi pandemi.
Pembangunan manusia melalui aspek kesehatan dan pendidikan serta dengan meningkatnya standar hidup yang layak di dalam masyarakat adalah tidak hanya berdampak pada bonus demografi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi, namun yang tidak kalah pentingnya lagi adalah meningkatkan pembangunan manusia Indonesia.
Pembangunan manusia juga merupakan salah satu program utama Presiden Joko Widodo dan K. H. Ma’aruf Amin dalam pemerintahan yang bertujuan untuk membawa Indonesia menjadi suatu negara yang maju. Pembangunan manusia sendiri dapat dilihat sebagai peningkatan kualitas hidup manusia dalam aspek kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak.
Dengan peningkatan dari aspek kesehatan dan pendidikan dalam periode ini maka kita berharap Indonesia juga akan mendapatkan keuntungan saat menuju puncak bonus demografi yang diinginkan maupun ketika berada pada puncak bonus demografi tersebut, meskipun dalam situasi perang melawan pandemi. Semoga ***
Penulis adalah statistisi muda pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo