Dimulai dengan perkenalan, seluruh pengurus PIN Sumut ternyata para sahabat PIN Sumut masing masing punya background yang menarik dan bersahaja, bilang saja Kiyai Muhtarom jebolan pesantren Langitan yang bercerita tentang kerinduannya berNU di Sumut. Pencariannya terhantar karena plank muslimat / NU di bilangan Marelan, pencarian itu berakhir dengan bersatunya beliau dalan struktural PCNU Deliserdang dan akhirnya tertarik dengan PIN yang berani mensosialisasikan Islam Nusantara ditengah fitnah besar menerpa NU karena konsep dakwah ASWAJA Islam Nusantara hasil muktamar di Jombang.
Hal ini sesuai dengan fakta bahwa warga bahkan struktural NU diraerah Sumatera Utara sangat merahasiakan atau takut Mensosialisasikan istilah Islam Nusantara, hal ini karena ada kelompok kelompok ekstrim yang menguasai hampir seluruh mimbar mimbar dakwah di masjid masjid dan pengajian. Gelombang kebencian ini disuarakan untuk memastikan gerakan NU di Sumatera Utara agar tidak mendapat simpati oleh masyarakat bahkan, seperti yang diutarakan ust. Devhan Rao penggerak PIN di Langkat sempat terjadi penyesatan terhadap NU. Islam Nusantara dianggap aliran dan agama baru; mereka yang anti NU menghembuskan fitnah bahwa NU membolehkan melaksanakan salat dengan bahasa Jawa atau bahasa Indonesia, bila mati dikafani kain batik dan nabinya adalah Said Agil Siradj. Sungguh fitnah yang keterlaluan, namun kader NU yang paham tentang Islam Nusantara tetap Istiqomah mensosialisasikan dan mengklarifikasi tentang istilah Islam Nusantara. Islam Nusantara merupakan metode dakwah rahmatan Lil’Alamin, sopan santun, moderat dan mengayomi, sesuai dengan histori masuknya Islam ke bumi Nusantara melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, seni dan tasawuf seperti yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Diwarisi wali songo menjadi peradaban yang menghargai tradisi dan kebudayaan lokal, contoh sunan Kalijaga yang menjadikan wayang sebagai media dakwah dimasyarakat Jawa dengan menjadi dalang menciptakan tokoh kalimasodo ( kalimat sahadat) dalam lakonannya. Sunan Bonang dengan gamelannya.
Mencontoh dakwah para wali dan auliya Allah bukan berarti menafikan sistematika dakwah sesuai Al-Qur’an dan Sunnah, bahkan mereka mempraktekkan nyasesuai tuntunan dan teladan QS An Nahal : 125; dengan hikmah, ma’uidzah Hasanah ( pelajaran yg baik) dan diskusi yang saling menghargai dan menghormati perbedaan tanpa menyakiti, menghakimi dan memukul.
PIN sebagai organisasi atau lembaga harus bersinergi dengan struktural NU di wilayah, cabang atau wakil cabang bahkan sampai ranting dan dusun, PIN tak akan menjadi banom resmi di NU karena sudah banyak banom yang ada yg harus dihidupkan warga NU. Independensi PIN sebagai lembaga diluar banom akan memudahkannya untuk berselancar di media maya dan nyata menkonter berita miring, kebencian dan fitnah terhadap NU dan para Ulamanya.
Diantara agenda yang disepakati dalam acara kopdar Ke 4 ini adalah:
1.Mengangendakan pertemuan kopdar PIN 2 bulan sekali, dengan melibatkan tokoh masyarakat dan agama ( ustadz, guru agama, perwiritan) setempat; pertemuan di bulan maret di rumah sahabat Irham Jamia Hasibuan,SE
2. Melaksanakan Shilaturrahmi dan kunjungan khusus tokoh; ulama, ustadz secara Marathon,
3.Meminta dan mendesak PP PIN untuk mengeluarkan SK penetapan Pengurus PIN SUMUT sebagai bukti administrasi dalam kunjungan resmi dan audiensi serta persiapan deklarasi, perkenalan dan pelantikan kepengurusan pada bulan Februari atau April, serta menyerahkan keputusan susunan kepengurusan secara bulat kepada PP;
3. Melanjut sosialisasi pengertian dan makna dari Islam Nusantara di masjid / mushalla dan pengajian secara rutin dengan cara mendampingi rekan sahabat yang sedang mengisi ceramah pengajian atau tabligh;
4. Membuat akun FB, Twitter, Instagram dan YouTube khusus PIN yang menjelaskan ttg dakwah ASWAJA, Islam Nusantara dan kajian keNUan, menunjuk sahabat Emil Hardi, And sebagai pelaksana dan admin;
5.mentrasfer dana ke rekening PIN pusat untuk pembuatan KARTANU/ KARTAPIN;
6. Menggerakkan PINARAK dengan menunjuk Sahabat Irham Jamia, SE sebagai ketua dan Sahabat Rozikin Batubara sebagai Sekertaris;
7. Meminta ustadz Miftahul Chair sebagai motivator di PIN;
8. Meminta kiyai Muhtarom dan Ust Devan membimbing kegiatan pelatihan keAswajaan kesekolah sekolah / pesantren dan masyarakat;
9. Anggota PIN harus bersedia menjadi pengurus NU;
10. Membuka rekening PIN SUMUT khusus untuk membackup dana kegiatan kegiatan daerah secara kolektif berupa infak, sedekah dan bentuk donasi yang ikhlash tidak mengikat;
Meminta sahabat 11.menugaskan kepada Martono untuk menjembatani dialog dialog kerukunan antar ummat beragama dan lembaga agama.
12. Menunjukkan jati diri ke PIN an dan ke NU an dengan memposting di medsos instruksi PP.
13.Meminta kepada setiap penggerak PIN di kota/ kabupaten sesumatera Utara untuk mengagendakan Roadshow, Shilaturrahmi, tabligh Akbar PIN dan membentuk struktur kepengurusan masing masing daerah ;
Dengan harapan kerjasama yang baik dan saling mendukung kegiatan dan hasil kopdar tersebut diharap dapat sama sama dilaksanakan.
Ustadz Syaiful Azhar Marpaung ustadz yang di kenal sebagai ustadz fenomenal sekaligus penggerak PIN Batubara sangat bersemangat dengan toleransi berpikir di Nahdlatul Ulama, beliau seeing mengadopsi alur pikir guru bangsa Gusdur, Kiyai Aqil Siradj, Ishomuddin dan Kiyai Sumanto Al Qurthuby, kegatalan berpikirnya menyebabkan tak henti di hujat, dikafirkan dianggap sesat dan murtad.
Berbeda itu indah dan Nahdatul Ulama memberikan apresiasi atas perbedaan secara maksimal selagi ada ijtihad ulama yang berdasarkan dalil Naqli ( Al-Qur’an, hadits dan Ulil Amri) dan aqli, superioritas akal sangat dihargai dalam beragama. Menurut sebuah hadis; “Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”; artinya agama untuk orang yang berakal dan agama menghargai akal sebagai “Al Furqon” pembeda. Ungkap ustadz Miftahul Chair ustad yang di kenal sebagai ustadz pencinta kedamaian.
Penggerak PIN telah berhasil mengatasi konflik SARA di daerah Mandala kota medan terhadap penolakan pekong tempat berobat tradisionil tetapi di klim oleh warga setempat sebagai rumah ibadah sehingga masyarakat menolaknya. Upaya upaya mendamaikan umat terus dilaksanakan PIN. Karena prinsip dakwah santun, moderat dan toleran menjadi jargon PIN untuk melawan kelompok kelompok ekstrim dan kroninya yang terkesan memaksakan diri dalam mengungkapkan pendapat dan ingin mengganti 4 pilar negara menjadi mimpi sistem khilafahnya ujar ustadz Martono ustadz yang di kenal sebagai ustadz perawat kebhinnekaan yang baru saja mendapat penghargaan sebagai perawat toleransi dan kebangsaan dari MAjelis Tinggi Agama Khongguchu INdonesia/ MATAKIN
Ustadz Agus Rizal ustadz yang di kenal sebagai ustadz yang sabar, tenang dan murah senyum dalam setiap menghadapi segala persoalan sekaligus pemegang mandat ketua PIN Sumut sangat apresiasi terhadap pergerakan para kader NU dan PIN yang tak gentar menyampaikan dan mensosialisasikan dakwah keAswajaa6n terutama mengkonter 6fitnah para pembenci terhadap NU dan Ulamanya serta metode dakwah Islam Nusantara.
Acara kopdar dan rembuk daerah PIN Sumut tersebut di tutup dengan doa dan foto bersama pengurus PIN Sumut.(Askr)