Sumut.KabarDaerah.com Sei Penggantungan termasuk salah satu desa yang menghasilkan padi sawah terbesar di Labuhanbatu. Menurut info yang dapat dipercaya bahwa ada sekitar 5 ribu hektar lebih lahan persawahan padi di desa tersebut.Bulan februari dan maret merupakan masa panen padi masyarakat. Hasil panen padi masyarakat didesa tersebut tergolong besar, namun Pemkab kurang memperhatikan hasil pertanian padi masyarakat, sehingga para penampung padi sawah menjual padi tersebut ke kilang padi ke Asahan melalui laut, hal ini disampaikan oleh Sahata Manalu, SH, MH yang juga sekjen Formudes (Forum Pemuda Desa) saat berada di Medan pada Rabu, 13/02/2019.
“Hasil pertanian padi sawah di desa sei penggantungan tergolong besar, namun padi-padi tersebut dijual ke luar Labuhanbatu, Ledong dan Asahan” ujar Sahata ManaluTerpisah, J Pasaribu seorang penampung padi di desa tersebut mengatakan kalau penjualan padi ke Asahan dan Labura sudah dilakukan sejak tahun-tahun lalu.Ketua Formudes Lian Limbong ketika dihubungi awak media “Sejak saya masih SMP dikampung itu, padi dari desa sei penggantungan sudah dijual ke Asahan, menurut saya ini terjadi karena kurangnya kepedulian pemkab Labuhanbatu terhadap hasil padi masyarakat sehingga mereka menjual keluar Labuhanbatu” tegas Lian Limbong
Dijelaskannya lagi, bahwa ada sekitar 5 ribuan hektar persawahan di desa Sei Penggantungan. Jika 1 hektar menghasilkan 3,5 ton maka ada sekitar 17,500 ton lebih padi sawah yang dihasilkan desa sei penggantungan. Dia berharap adanya perhatian pemkab Labuhanbatu terhadap padi masyarakat agar padi tersebut tidak dijual ke Asahan.
“Ada sekitar 5 ribuan hektar lebih sawah di desa sei penggantungan, jika 1 hektar saja menghasilkan 3,5 ton berarti ada 17 ribu ton lebih padi yang dihasilkan, mirisnya padi itu dijual ke Asahan, inilah yang dinamakan ‘Labuhanbatu punya padi Asahan punya nama,” tutup Lian Limbong yang juga mantan sekjen Gerakan Mahasiswa Labuhanbatu itu saat berada di Medan. (As)
Discussion about this post